Bolamakanbola.com – Pelatih Manchester United, Ralf Rangnick, hanya bisa pasrah melihat timnya dipermak Manchester City dalam laga lanjutan Premier League hari Minggu (6/3/2022). Sebab ia menganggap klub besutan Josep Guardiola itu sebagai yang terbaik.
Laga yang berlangsung di Etihad Stadium tersebut berakhir dengan kedudukan 1-4. Mulanya Manchester United mampu memberikan perlawanan. Mereka tidak gentar meski gol dari Kevin de Bruyne tercipta di awal pertandingan.
Mereka bangkit dan menyamakan kedudukan melalui aksi Jadon Sancho pada menit ke-22. Sayang skor tersebut tidak bertahan lama, karena De Bruyne membuat the Citizens kembali unggul enam menit setelahnya.
Mimpi buruk Harry Maguire dkk dimulai ketika Riyad Mahrez menambah keunggulan Manchester City pada menit ke-68. Dan tanpa ampun, Mahrez mencetak gol keempat the Citizens pada masa injury time babak kedua.
The Red Devils kalah telak, dan hasil ini bisa membuatnya tak bisa berpartisipasi di ajang Liga Champions musim depan. Peringkat empat sudah diambil alih Arsenal yang masih punya tiga laga tunda untuk dimainkan.
Namun ada yang lebih mengenaskan, dan itu berkaitan dengan gengsi. Manchester City memang melesat jauh sejak diambil alih Sheikh Mansour. Tapi tidak pernah terbanyangkan momen di mana Manchester United dipermalukan rival sekotanya itu bisa sampai terjadi.
Hasil pertandingan ini menunjukkan adanya perbedaan kelas yang mencolok antara Manchester United dan Manchester City. Kalimat ‘roda selalu berputar’ memang benar adanya. Rangnick tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah.
“Ini laga yang sangat sulit, melawan salah satu tim terbaik di dunia. Kami kebobolan gol keempat di menit-menit akhir. Laga sulit yang menunjukkan bahwa kami punya jalan yang panjang untuk memangkas jarak itu,” ujarnya kepada Sky Sports.
Mental pemain Manchester United, di mata Rangnick, hancur ketika Mahrez mencetak gol ketiga. Mereka sudah berjuang dengan sekuat tenaga. Namun ternyata, tidak selamanya usaha membuahkan hasil.
“Bagi kami sudah jelas, apabila ingin kesempatan untuk memenangkan pertandingan, kami harus rajin berlari. Anda harus dalam mode menyerang dan berburu dan kami mampu melakukan itu di babak pertama,” kata Rangnick lagi.
“Pada akhirnya gol ketiga membunuh kami. Sulit rasanya, jika kami menyerang dengan sangat tinggi akan ada lari negatif yang harus dilakukan. Gol ketiga adalah sepak pojok yang indah dan mustahil untuk menahannya.”
“Di babak kedua, mereka lebih baik dan menunjukkan kualitas yang dimiliki. Kami kesulitan terutama setelah mereka sukses mencetak gol ketiga,” pungkasnya.