Bolamakanbola.com – Penyerang PSG, Kylian Mbappe, sering dikaitkan dengan Real Madrid selama satu tahun terakhir. Namun pada akhirnya, pria berumur 23 tahun tersebut memutuskan bertahan di Parc des Princes.
Keinginan Mbappe meninggalkan PSG sudah terendus sejak bursa transfer musim panas lalu. Ia menolak sodoran kontrak baru dengan harapan Les Parisien bersedia melepasnya pergi ke Santiago Bernabeu.
Real Madrid pun menyediakan jalur keluar buat Mbappe dengan melayangkan beberapa penawaran. Proposal terakhir mereka kepada PSG bahkan mencapai 200 juta euro. Namun, PSG tidak bergeming.
Mereka bertaruh dengan mencoba meyakinkan Mbappe agar mau bertahan dan memperpanjang masa abdinya, meskipun kontraknya hanya berlaku sampai Juni 2022. Pada akhirnya, upaya PSG membuahkan hasil sesuai harapan.
Mbappe menegaskan bahwa dirinya akan menandatangani kontrak baru dengan PSG yang berlaku selama tiga tahun. Pria asal Prancis itu juga mengaku telah memberitahu pihak Real Madrid soal keputusannya bertahan.
Apakah Real Madrid terpukul dengan keputusan tersebut? Carlo Ancelotti selaku pelatih tampaknya tidak terpengaruh sama sekali. Ia lebih tertarik memikirkan laga pamungkas Real Madrid di musim ini, yakni final Liga Champions.
“Saya tidak akan berbicara soal pemain yang tidak berada di Real Madrid. Pemain tahu apa yang harusnya mereka pikirkan: final,” ujar Ancelotti kepada UEFA Media Play.
Laga final Liga Champions digelar di Stade de France pada hari Minggu (29/5/2022) mendatang. Duel ini mempertemukan Real Madrid dengan musuhnya di final Liga Champions tahun 2018 lalu, Liverpool.
Liverpool adalah lawan yang cukup sering ditemui Ancelotti di sepanjang kariernya. Ia merupakan bagian dari tim Roma untuk final European Cup 1984 melawan the Reds, meskipun dirinya melewatkan laga itu karena mengalami cedera.
Ancelotti juga pernah menghadapi Liverpool di laga final Liga Champions 2005 dan 2007 ketika masih menukangi AC Milan. Begitu banyak kenangan pahit dan manis yang dialami oleh Ancelotti selama bertemu Liverpool.
“[Ada] banyak pertemuan hebat selama bertahun-tahun. 1984 [final European Cup] adalah tragedi olahraga. Saya cedera. Final European Cup di Roma, kekalahan di kandang, bencana,” kata Ancelotti.
“2005, tragedi olahraga lainnya. Di Istanbul, sebuah final yang tampaknya sudah dimenangkan tapi sebaliknya kami kalah di adu penalti.”
“Final dengan Liverpool itu spesial tapi, bagi saya, ada motivasi ekstra: Liverpool memiliki enam gelar Liga Champions dan AC Milan tujuh: Saya punya banyak teman pendukung Milan yang dalam beberapa hari terakhir meminta saya mengalahkan mereka agar tidak terkejar,” pungkasnya.