30/09/2022

Bolamakanbola – Pertandingan Arema melawan Persebaya Surabaya bakal panas. Gengsi duel yang dilaksanakan di Stadion Kanjuruan, Malang, Sabtu (1/10) besok itu sangat tinggi. Hanya, di masa lalu, banyak pemain dari Malang yang mampu mengharumkan nama Persebaya. Siapa saja mereka?

1. Syamsul Arifin
Sosok ini menjadi simbol bersatunya Persebaya dan areka Ngalam, panggilan kepada orang Malang. Memulai karirnya di Kabupaten Malang, Syamsul kemudian direkrut untuk bergabung dengan sebuah klub di Kota Surabaya, Mitra, sebuah klub milik Agustinus Wenas atau biasa ditulis A. Wenas.
Semula Syamsul bekerja di tempat hiburan milik Wenas sambil sore berlatih di Mitra. Saat klub itu bergabung ke kompetisi semiprofesional, Galatama, dengan nama NIAC Mitra, Syamsul menjelma menjadi penyerang yang menakutkan. Dia mencetak 30 gol dalam semusim dan andil besar ketika mengantarkan NIAC Mitra juara Galatama dua kali yakni 1980/1982 dan 1982/1983. Bahkan di musim 1982/1983, posisinya sebagai pemain depan tak tergantikan meski NIAC Mitra mendatangkan pemain muda bertalenta hebat dari Singapura Fandi Ahmad.
Setelah NIAC Mitra melakukan peremajaan, Syamsul tak lagi dipakai NIAC Mitra. Dia kemudian pindah ke Persebaya Surabaya. Di tim sekota NIAC Mitra itu, Syamsul tiga kali membawa Green Force, julukan Persebaya, lolos ke final perserikatan yakni 1985/1986, 1987/1988, dan 1988/1989. Bahkan di musim 1987/1988, Persebaya mampu keluar sebagai juara setelah mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 3-2.
Syamsul pensiun di klub Mitra Surabaya pada 1992. Kini, Syamsul menghabiskan waktu tuanya di Kota Surabaya. (*)

Baca Juga:  Dedik Setiawan Tak Bersembunyi dari Hujatan Netizen atas Performanya di Piala AFF 2020

2. Aji Santoso
Lelaki ini berasal dari Kepanjen, Kabupaten Malang. Dia memulai karirnya dari sana bergabung lebih dulu ke Arema. Ditransfer di Liga Indonesia 2, Aji Santoso dipercaya menjadi kapten setahun berikutnya.
Kepemimpinannya membawa sukses. Persebaya menjadi juara Liga Indonesia 1996/1997. Bahkan, posisinya di bek kiri tak tergantikan selama dia di Persebaya. Saat tak lagi bermain, Aji juga kembali ke Persebaya dengan status sebagai pelatih. Ada dua periode yang dilakoni yakni di masa Liga Premier Indonesia (LPI) dan Liga 1. Di LPI, dia sukses mengantarkan Persebaya menjadi pimpinan klasemen. Sayang, kompetisi ini tak berjalan hingga akhir.
Kemudian di Liga 1, awalnya Aji datang sebagai pelatih pengganti mengisi posisi arsitek tim sebelumnya, Wolfgang Pikal, yang dianggap gagal. Di musim pertama, 2019, Persebaya sukses menduduki posisi kedua dengan posisi juara diduduki oleh Bali United. Kompetisi kembali digulirkan di 2021/2022 setelah terhenti karena pandemi Covid-19. Hasilnya, Aji yang kembali dipercaya menjadi pelatih gagal mempertahankan posisi Persebaya di kompetisi. Di klasemen akhir, Persebaya ada di peringkat kelima. Kini, tantangan berat kembali dilakoni Aji dengan status tetap sebagai pelatih. (*)

Baca Juga:  Bali United Siap Raih Poin Penuh Lawan Persita Tangerang

3. Totok Anjik
Dikenal sebagai sosok pemain belakang yang keras. Pemain asal Malang ini bergabung di era Bledug Ijo atau Persebaya setelah kalah di final melawan Persib Bandung di musim 1989. Totok menjado pemain belakang yang sulit dilewati lawan. Dia juga menjadi bagian Persebaya saat menjadi juara Piala Utama, sebuah kompetisi yang menggabungkan dua kompetisi di Indonesia, Galatama dan Perserikatan.
Sayang, Totok belum mengantarkan Persebaya menjadi juara di level teratas, baik masih di perserikatan maupun sudah bergabung dengan Galatama menjadi Liga Indonesia. Saat Persebaya juara musim 1996/1997, namanya sudah tak ada di Persebaya.
Saat ini, Totok menjadi pelatih. Dia pernah menjadi bagian dari Bhayangkara FC yang tampil di Elite Pro Academy.

Baca Juga:  Resmi! RANS Cilegon Rekrut Kiper Senior Bali United Wawan Hendrawan