Bolamakanbola.com – Pengamat Sepak Bola Nasional Akmal Marhali menyambut baik gebrakan baru Ketua Umum PSSI Erick Thohir menginisiasi kembali pembentukan yayasan PSSI. Hal itu didasari atas keprihatinan Erick Thohir terhadap kondisi pahlawan sepakbola nasional yang memerlukan uluran tangan.
Menurut Akmal, yayasan PSSI merupakan misi mulia Erick Thohir yang kehadirannya mampu membantu insan sepak bola Indonesia mempersiapkan hari tua para insan sepak bola Indonesia kelak ketika sudah tidak aktif lagi bermain.
“Saya pikir ini terobosan yang bagus dan harus kita dukung, karena bagaimana pun ini kan kepentingannya adalah kepentingan sepak bola, karena apa banyak atlet-atlet sepak bola kita yang tidak tahu arah kehidupannya ke depan setelah pensiun, pemain sepak bola itu bukan pegawai negeri, pemain bola itu ada batas usianya, usia emas ya sampai 28 tahun selebihnya adalah usia tua,” kata Akmal Marhali, Jumat (2/6/2023).
Dikatakan Akmal, hadirnya yayasan PSSI ini bisa digunakan sebagai lembaga sosial serta tempat mengedukasi para atlet Indonesia dalam mengelola keuangan mereka saat masih muda seperti berinvestasi atau menjadi pengusaha, agar di usia tua nanti mereka tinggal menikmati hasil, bukan lagi hilang arah seperti beberapa legenda pemain Timnas Indonesia saat ini.
“Bukan hanya dibuatkan yayasan kemudian disantuni para atlet-atlet kita yang kekurangan secara finansial, tapi ke depan kita berharap bisa digunakan juga untuk mengedukasi bagaimana atlet-atlet kita juga bisa berinvestasi ketika mereka sedang berjaya sehingga ketika hari tua mereka tinggal menikmati hasil investasinya,” ujarnya.
“Nah ini problem yang sejatinya bukan cuma dihadapi Indonesia, di Inggris saja banyak pemain-pemain yang dulunya luar biasa kaya, akhirnya tidak bisa memaksimalkan kekayaan yang didapatkannya itu karena gaya hidup yang tidak baik atau tidak benar,” sambungnya.
Atas dasar itu, Akmal berharap kehadiran Yayasan PSSI nanti bisa dijadikan sebagai tempat pelatihan bagi mereka. Buat Akmal, keberadaan yayasan PSSI tidak hanya diperuntukkan kepada pemain namun juga kepada pelatih hingga pengadil lapangan atau wasit, karena tidak sedikit mereka di hari tua menjadi melarat.
“Yayasan yang dibentuk ini kita berharap bahwa ini menjadi rumah besar buat seluruh stakeholder sepak bola Indonesia, bukan cuma buat pemain, buat pelatih, buat wasit juga dan juga buat atlet-atlet usia muda. Jadi nanti usia muda ada CSR yang bisa dibantu untuk pengembangan bakat-bakat mereka, kemudian yang tua atau yang sudah punya pekerjaan dibantu kesejahteraan nya minimal bantuan kesehatan atau asuransi kesehatan,” ujarnya.
Dijelaskan Koordinator Save Our Soccer ini, kehadiran yayasan PSSI ini nantinya menjadikan sepak bola Indonesia tak semata-mata sebagai olahraga yang digemari, tapi bisa menjadi motivasi bagi anak-anak muda Indonesia karena ada harapan masa depan lebih baik setelah mereka masuk usia tua atau pensiun dari lapangan hijau.
“Dengan memberikan ruang di yayasan ini kepada atlet atau pesepak bola kita, ini akan membuat sepak bola kita kedepan menjadi olahraga yang bukan cuma digemari tetapi juga menjadi motivasi bagi anak-anak muda untuk menjadi atlet sepak bola, karena masa depan sepak bola menjadi cerah dan masa depan sepak bola itu terjaga dengan payung hukum yang ada dengan rumah yayasan itu,” ujarnya.
“Sehingga kemudian ketika hari tua pun para pesepak bola tidak khawatir bahwa mereka akan kesulitan kehidupannya di usia senja,” tambahnya.
Diakui Akmal, yayasan PSSI dibentuk pada tahun 1983 oleh Ketua Umum PSSI saat itu Kardono, namun periode kepengurusan selanjutnya yayasan tersebut tak berfungsi hingga kembali dibentuk lagi oleh Erick Thohir.
Matinya yayasan PSSI di periode sebelum-sebelumnya karena tidak ada kepedulian dari pemimpin di PSSI, dimana mereka hanya mementingkan kelompoknya dan bisnis pribadi yang menguntungkan diri sendiri tanpa melihat jasa orang lain kepada sepak bola Indonesia.
“Problem sepak bola kita kan ada di management tidak bener, bukan cuma masalah yayasan yang tiba-tiba hilang karena memang tidak ada kepedulian. Orang kemudian kemarin mengurus sepak bola itu lebih kepada bagaimana mementingkan kelompok mereka, kepentingan kelompok bisnis, kelompok mafianya sehingga melupakan unsur-unsur sosialnya,” ucapnya.
Lewat yayasan PSSI, Akmal berharap Erick Thohir bisa melanjutkan kepeduliannya kepada para pahlawan sepak bola, baik itu mantan pemain hingga wasit, sebagaimana yang sudah dilakukan olehnya kepada mantan kiper Timnas Indonesia Kurnia Meiga, mengunjungi wasit yang lagi bermasalah di finansial hingga kepedulian kepada para legenda Timnas Indonesia.
“Nah ini kemudian dihidupkan kembali di kepemimpinan Erick Thohir saat ini ya, kita berharap ini bisa menjadi second wind atau angin kedua buat sepak bola kita, dan yayasan ini benar-benar dikelola dengan baik sehingga sistem yang ada saat ini bisa dipakai kedepan,” jelasnya lagi.
Akmal pun menyoroti kebiasaan yang sering dilakukan oleh pengurus PSSI sebelumnya, dimana mereka tidak mampu menciptakan sistem yang baik dalam tubuh PSSI, hingga setiap pergantian ketua PSSI maka berganti pula sistem tersebut. Oleh sebab itu, dengan adanya sistem yang mulai bagus ini mampu membawa sepak bola Indonesia lebih baik dan bisa menguasai Asia Tenggara hingga Asia secara keseluruhan.
“Yang jadi problem dikata kan tidak pernah membuat sistem sehingga ketika ganti ketua ganti program sehingga kemudian tergantung siapa yang mengelola. Nah kita berharap PSSI saat ini bangun sistem dan siapapun nanti menggantikan sistem itu bisa tetap berjalan seperti FIFA,” bebernya.
“FIFA ketika kemudian pemimpinnya diganti mereka bisa jalan terus karena sistemnya sudah dibangun, ini yang menjadi konsen yang harusnya kepada Ketua Umum PSSI lewat transformasi sepak bola nasional Indonesia, termasuk didalamnya adalah reformasi tata kelola sepak bola Indonesia,” katanya.